Hero image for Analisis terhadap demo bubarkan DPR dan aliansi kekuatan dibelakangnya

Analisis terhadap demo bubarkan DPR dan aliansi kekuatan dibelakangnya

Dipublikasikan : 01 September 2025
Oleh:

Demo pembubaran DPR 2025 yang dimulai 25 Agustus 2025 dan masih berlangsung ini bukan sekedar demo biasa, demo ini seperti demo-demo sebelumnya bahkan seperti demo Mei 1998 yang menumbangkan kekuasaan Soeharto juga ditumpangi berbagai kepentingan, terutama kelompok pro, anti dan pragmatis terhadap pemerintah.

Siapa saja partisipan dalam aksi brutal ini?

Kalau kelompok pro dan anti jelas saling berlawanan, yaitu yang satu membela dan satunya melawan pemerintah, ada satu kelompok yang abu-abu yaitu kelompok pragmatis. Kelompok ini tidak benar-benar pro atau anti pemerintah, kelompok ini menggunakan kekuatan pro untuk melawan anti, atau sebaliknya sehingga tujuan mereka yang paling murni, bengis dan kejam tercapai tanpa beban moral, dosa dan kerugian baik materiil maupun imateriil.

Tujuan nyata kelompok ketiga

Lalu apa tujuan kelompok pragmatis ini? Tujuan paling utama mereka adalah mendapatkan narasi, mengendalikan situasi negara melalui pernyataan yang “menenangkan” dan terlihat baik, merakyat dan humanis. Mereka tidak segan menggunakan wajah “Lyndon” merujuk pada Lyndon B Johnsonn yang ramah di depan kamera, juga wajah “Dulles” merujuk pada Allen Dulles sang arsitek CIA.

Keduanya punya simpul yang sama: Ingin menyingkirkan JFK, Dulles ingin menyingkirkannya karena JFK ingin menghancurkan CIA berkeping-keping melalui statement “splinter into a thousand pieces”, sedangkan Lyndon menginginkan jabatan Presiden dan kepentingan tuannya The Feds untuk menghentikan Executive Order 11110.

Faksi-faksi itu adalah…

Kelompok anti pemerintah sudah pasti para pendemo yang awalnya punya tujuan utama: Menyuarakan aspirasi mereka ke DPR, ingin menemui anggota DPR. Kelompok pro pemerintah sudah jelas adalah aparat keamanan, DPR dan menteri-menteri. Juga buzzer yang diberdayakan pemerintah melalui akun-akun “ternak” mereka.

Lalu siapakah kelompok ketiga? Mereka adalah orang-orang pragmatis dari kementrian (termasuk menteri-menteri itu sendiri), anggota DPR, militer hingga rakyat sendiri yang menyusup ke barisan pendemo.

Advertisement

Kelompok ini memperkeruh suasana, memprovokasi massa di lapangan, membuat statemen ngawur baik sebelum atau selama demo terjadi. Tindakan, ucapan dan motif mereka adalah sebagai simbol deklarasi perang.

Kita kilas balik ke belakang, bagaimana pernyataan para pejabat yang menyakitkan, seperti kenaikan pajak yang terus-menerus, MBG yang katanya dapat meningkatkan kecerdasan, AI dan bonus demografi Indonesia, rekening nganggur dua bulan akan diblokir, hingga menewaskan orang tua karena anaknya gagal menarik uang di ATM, penyebabnya adalah rekening si anak dibekukan oleh pihak Bank yang langsung menerapkan aturan blokir itu.

Ada lagi pernyataan menteri agraria yang mengatakan tanah dua tahun nganggur akan disita negara, juga paling aneh dan kontroversial adalah royalti dan hak cipta pada suara burung asli di salah satu hotel.

Catatan:
Artikel ini bukan mengejar klik dan tayangan di SERP, tetapi sebagai bahan refleksi dan ruang berpikir.

Apa yang diharapkan kelompok ketiga?

Kalau dilihat dari agenda politik dan kekuasaan, ini bukanlah pola acak, ini pola terstruktur. Tujuannya jelas: Merusak citra pemerintah dan membuatnya cacat secara elektoral dan kekuasaan.

Advertisement

Tentunya, ada para dalang yang tidak tersentuh, tidak dilihat sebagai orang bengis dan kejam. Mereka akan dilihat sebagai orang-orang santun, menenangkan dan ramah.

Mereka akan mengunjungi demonstran, mengunjungi Rumah Sakit tempat para demonstran mendapatkan perawatan, mereka akan mendatangi lapas tempat demonstran itu dikurung. Mereka juga akan tampil di muka media, menenangkan kelompok anti dan pro pemerintah agar tidak terjadi gesekan yang makin parah dan meluas.

Tapi dibalik itu, mereka tersenyum di tempat-tempat rapat rahasia, mereka membahas berbagai kemajuan signifikan yang terjadi secara prematur; lebih cepat dari yang mereka prediksi.

Hasil yang mereka harapkan adalah kejatuhan pemerintah, mengganti posisi-posisi penting dengan orang-orang mereka baik sipil maupun militer. Tidak bisa dipungkiri, militer dari tingkat atas sampai bawah sarat dengan politik dan kudeta, hanya saja sedikit tidak terlihat oleh publik namun dapat dirasakan oleh siapapun yang peka atau terlatih dengan adu kekuatan narasi dan kontrol, seperti saya yang terbiasa melihat berbagai teater konflik dan geopolitik sejak usia 3 tahunan.

Advertisement

Apa yang terjadi pasca demo?

Yang diharapkan semua kelompok adalah kemenangan, kemenangan kelompok pro pemerintah adalah stabilitas rezim, keamanan nasional dan tentunya kelanggengan rezim memimpin negara. Keinginan kelompok anti pemerintah adalah pembubaran DPR, penggantian berbagai posisi pejabat publik biang kerok demonstrasi dan tentunya stabilitas nasional meskipun dengan Presiden yang sama, tapi orang-orang dibawahnya telah diganti (reshuffle).

Tapi untuk kelompok ketiga, harapan mereka bukan stabilitas rezim apalagi stabilitas nasional. Mereka menginginkan ini berlangsung lebih lama, mereka akan menerima berbagai bantuan, lobi dan pendanaan asing untuk diberikan ke kelompok anti dan pro secara bersamaan. Tujuannya untuk mengadu domba mereka, menuduh satu sama lain sebagai antek asing.

Mereka menikmati setiap kericuhan, demo anarkis dan statemen-statemen dari kelompok pro dan anti pemerintah sambil mengendalikan kontrol & narasi nasional.

Memuat kontributor…

Dan para kontributor lainnya yang mendukung Neo Newline.

Dukung Kami
Telkomsel Orbit logo

Telkomsel Orbit

Penyedia layanan internet rumah yang menggunakan perangkat modem WiFi tanpa langganan

Diskusi & Komentar

Panduan Komentar
  • • Gunakan bahasa yang sopan dan konstruktif
  • • Hindari spam, promosi, atau link yang tidak relevan
  • • Komentar akan terus dipantau secara berkala

Tentang Penulis

Anton Toni Agung

Anton Toni Agung

Blogger amatir di Neo Newline, suka sejarah dan nulis kalau gabut