Hero image for Mengenal Haavara Agreement 1933

Mengenal Haavara Agreement 1933

Dipublikasikan : 02 September 2025
Oleh:

Haavara Agreement (Perjanjian Haavara) atau dikenal juga sebagai Perjanjian Transfer adalah kesepakatan yang dilakukan Nazi Jerman dan kelompok Zionist yang terjadi pada 25 Agustus 1933.

Ini adalah salah satu perjanjian paling kontroversial, gelap dan mengaburkan posisi hitam-putih, tidak ada yang benar atau salah disini, yang ada hanyalah kepentingan, kontrol narasi, dan uang.

Latar belakang

Sebelum membahas bagaimana kerjasama kelam ini terjadi, kita harus mundur ke akar sejarah Zionist dan visi misi tentang Israel. Negara Israel adalah ide Theodore Herzl yang menginginkan suatu negara Yahudi yang merdeka dan berdaulat.

Pada 15 Juli 1896, setahun sebelum Kongres Zionist Pertama pada 1897. Herzl dan beberapa rekannya berkunjung ke Istanbul, rencana utamanya adalah menemui Sultan Abdul Hamid II untuk menawarkan solusi Negara Yahudi dan membayar utang luar negeri Turki yang sudah menumpuk akibat peperangan di berbagai wilayah, namun tujuannya bertemu sultan gagal dan hanya bertemu para pejabat tinggi termasuk Grand Vizier.

Kongres Zionist Pertama pada 29-31 Agustus pada tahun 1897 juga melahirkan World Zionist Organization yang merupakan wadah resmi kelompok zionist di seluruh dunia. Setahun kemudian dia melaksanakan Kongres Kedua yang merumuskan cita-cita negara Yahudi, nama negara dan lambang negara.

Setelah pembentukan World Zionist Organization, pada 17 Mei 1901, Herzl akhirnya bertemu langsung dengan Sultan Abdul Hamid II. Ia menawarkan konsolidasi utang Turki dan memuji Sultan atas sikapnya yang melindungi orang Yahudi.

c986839f3bf6d686

Sykes-Picot Agreement

Di tengah Perang Dunia I yang sedang berkecamuk, Britania membuat Perjanjian Sykes-Picot 1916 dengan Prancis sebagai salah satu rencana rahasia kedua negara jika Jerman, Turki dan sekutunya kalah di perang tersebut. Ini akan jadi “hadiah kemenangan” jika mereka berhasil memenangkan Perang Dunia I.

Nama perjanjian ini diambil dari diplomat Inggris Sir Mark Sykes dan diplomat Prancis François Georges-Picot.

Isi dari perjanjian ini adalah menegakkan kontrol Britania atas wilayah Irak dan Palestine, sedangkan Prancis mengendalikan wilayah Syria dan Lebanon. Meskipun itu tidak sepenuhnya terealisasi, tapi berhasil menjadikannya sebagai simbol intevensi asing di wilayah Timur Tengah.

Balfour Declaration

Setelah Sykes-Picot Agreement yang tidak sepenuhnya berhasil ini, dilanjutkan dengan Balfour Declaration yang merupakan pernyataan publik pemerintah Britania pada 1917, isinya adalah dukungan resmi terhadap negara Yahudi yang berdaulat dan merdeka. Wilayah yang ditetapkan untuk negara Yahudi ini adalah Palestine yang saat itu masih milik Kesultanan Utsmani dengan populasi Yahudi sebagai minoritas kecil.

Pernyataan ini dituangkan dalam surat tanggal 2 November 1917 dari Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour kepada Lord Rostchild tokoh komunitas Yahudi Inggris, untuk diteruskan kepada Federasi Zionis Inggris dan Irlandia. Surat ini dipublikasikan di media pada 9 November 1917.

Tujuan Balfour Declaration adalah untuk mendapatkan dukungan Yahudi internasional bagi pihak Sekutu yang kala itu sedang berperang melawan Jerman dan sekutu-sekutunya.

Mandate of Palestine

Ini adalah mandat dari Liga Bangsa-Bangsa yang memberikan wewenang kepada Britania untuk mengatur wilayah Palestine dan Transyordania, yang sebelumnya dikuasai dan dikelola oleh Kesultanan Utsmani selama empat abad.

Mandat ini ditetapkan pada Konferensi San Remo (April 1920), setelah Prancis menyetujui bahwa Palestine tidak lagi dikelola secara internasional sebagaimana disepakati dalam Perjanjian Sykes–Picot.

Advertisement

f750032c48499394

Transyordania dimasukkan ke dalam mandat setelah Kerajaan Arab di Damaskus tumbang oleh Prancis dalam Perang Suriah–Prancis (1920). Administrasi sipil Inggris dimulai di Palestine pada Juli 1920, dan di Transyordania pada April 1921. Mandat ini berlaku dari 29 September 1923 hingga 15 Mei 1948 di Palestine, dan hingga 25 Mei 1946 di Transyordania.

Haavara Agreement

Haavara Agreement tidak bisa lepas dari sosok Hitler, yang bergabung pada September 1919 dengan DAP (Deutsche Arbeiterpartei/Partai Pekerja Jerman), pendahulu NSDAP. Pada Februari tahun 1920, DAP berganti nama jadi NSDAP (Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei/Partai Buruh Nasional-Sosialis Jerman).

Keberhasilan Hitler naik ke tampuk kekuasaan di Jerman. terjadi pada 30 Januari 1933, Adolf Hitler diangkat oleh Presiden Paul von Hindenburg sebagai Kanselir Jerman, periode ini juga dikenal sebagai Machtergreifung (pengambilalihan kekuasaan).

Naiknya Hitler ke tampuk kekuasaan, terutama setelah ia mendeklarasikan dirinya sebagai Führer. Ia membuat kebijakan diskriminatif, boikot, dan kekerasan, memaksa banyak Yahudi mencari jalan keluar.

Menanggapi masalah ini, kelompok-kelompok Yahudi internasional di AS dan Eropa menyerukan boikot terhadap produk jerman, karena berpotensi merusak ekonomi Reich Ketiga sehingga “dapur” mereka tidak menyala (tidak beroperasi).

Di sisi lain, kelompok Zionist international melihat ini sebagai peluang mewujudkan negara Yahudi yang berdaulat, seperti yang diimpikan oleh Herzl.

Keuntungan

Hal paling dasar dan utama Zionist dan Nazi adalah: Mengeluarkan orang-orang Yahudi sebanyak mungkin dari Jerman dan negara-negara sekitarnya seperti Polandia dan Austria.

Yahudi Jerman melihat ini sebagai kesempatan emas untuk melarikan diri dari Jerman dan bermigrasi ke Palestine (±60.000 orang). Mereka juga masih bisa membawa sebagian aset melalui mekanisme transfer barang.

Zionist mendapat keuntungan yang paling signifikan, yaitu percepatan pembentukan negara Yahudi yang berdaulat, dan memperkuat Yishuv di Palestine. Tidak hanya itu, Zionist dan Nazi bekerjasama melalui Haavara Agreement. Zionist ingin mengisi wilayah Palestine dengan membuat proyek imigrasi, menambah modal dan memperkuat Yishuv (komunitas Yahudi). Selain itu, mereka juga mendapatkan modal, tenaga kerja, dan barang industri dari Jerman.

Nazi mendapat keuntungan seperti memecah solidaritas Yahudi global, karena boikot ekonomi menjadi lemah. Mereka berhasil menyalurkan emigrasi Yahudi (solusi “masalah Yahudi” awal) dan mendapat pasar ekspor baru ke Palestine.

Kerugian

Bagi Yahudi internasional, solidaritas global anti Nazi jadi tidak efektif, boikot melemah karena Zionist menginfiltrasi kebijakan boikot dan anti Nazi dari dalam.

Bagi Zionis sendiri, terjadi konflik internal seperti Revisionist Zionists menuduh pengkhianatan, hingga terjadi pembunuhan politik seperti kasus Arlosoroff. Sebagian komunitas Yahudi juga menuduh Zionis berkolaborasi dengan Nazi. Selain itu, Mereka dituduh oleh lawan politik (hingga hari ini) sebagai bukti kolaborasi dengan Nazi.

Advertisement

Nazi sendiri punya kerugian dari perjanjian “terlarang” ini, tidak semua Nazi setuju; sebagian menganggap perjanjian justru memperkuat proyek Zionis yang kelak bisa melawan kepentingan Jerman.

Putusnya kerjasama

Haavara Agreement berakhir secara tidak resmi, tanpa kesepakatan atau pertemuan antara Zionist dan Nazi. Berakhirnya kesepakatan ini karena lahirnya peristiwa Kristallnacht (Malam Kaca Pecah) yang terjadi pada 9-10 November 1938, Kristallnacht sendiri adalah kerusuhan besar-besaran yang menyasar orang Yahudi di seluruh Jerman Nazi (termasuk Austria). Rezim Nazi mencitrakan kerusuhan ini sebagai sebuah amarah spontan dari rakyat selepas kematian diplomat Jerman di Paris, Ernst vom Rath, pada tanggal 9 November 1938; ia ditembak dua hari sebelumnya oleh seorang Yahudi Polandia kelahiran Jerman, Herschel Grynszpan.

Nyatanya kerusuhan yang terjadi diperintahkan oleh Führer Jerman Adolf Hitler, diselenggarakan oleh Joseph Goebbels, dan dilaksanakan oleh anggota Sturmabteilung, Schutzstaffel, serta Pemuda Hitler dengan dukungan dari Sicherheitsdienst, Gestapo, dan polisi.

Beberapa bulan sebelum peristiwa ini pecah, Presiden AS ke-32 Franklin D. Roosevelt menyusun sebuah konferensi dengan nama Évian Conference yang dselenggarakan 6-15 Juli 1938, di Évian-les-Bains, Prancis.

Konferensi ini bertujuan membahas nasib jutaan warga Yahudi di Jerman yang mempertanyakan nasib mereka, apakah akan berakhir dengan kematian atau keselamatan. Karena sejak 1933, Nazi sudah mendirikan kamp konsenstrasi di wilayah seperti:

  • Dachau, didirikan 22 Maret 1933 di dekat München, segera setelah Hitler berkuasa; ini kamp konsentrasi pertama Nazi, awalnya untuk tahanan politik.
  • Sachsenhausen, didirikan 1936 di Oranienburg dekat Berlin, menjadi model organisasi kamp SS.

Kamp-kamp tersebut memang belum diisi oleh orang-orang Yahudi namun akan segera terisi, penuh.

Dampak yang timbul

Setelah Kristallnacht pecah, terutama memasuki tahun 1939. Nasib komunitas Yahudi di Jerman (termasuk Austria dan Polandia setelah aneksasi) makin tidak menentu.

Pada 13 Mei 1939, ada upaya penyelamatan warga Yahudi Jerman melalui sebuah ekspedisi menggunakan kapal laut MS St. Louis yang di nakhkodai oleh Kapten Gustav Schröder, berlayar dari Hamburg menuju Havana, Kuba. Membawa sekitar 937 penumpang, mayoritas dari mereka adalah warga Yahudi Jerman yang ingin mengungsi dari persekusi dan perlakuan tidak adil oleh Nazi di Jerman.

Meskipun mereka memiliki visa turis Kuba, namun sayangnya mereka ditolak pemerintah Kuba, karena pada 5 Mei 1939, Kuba mengeluarkan Dekrit 937 yang membatalkan izin masuk bagi hampir semua orang asing kecuali warga AS atau yang membayar jaminan $500. Presiden Federico Laredo Brú menolak mayoritas penumpang. Hanya 28 orang diizinkan turun (pemilik visa AS, warga Kuba/Spanyol, dan 1 pasien medis).

Ironisnya, setelah ditolak Kuba, kapal menuju pesisir Florida. Namun Presiden Roosevelt dan Menlu Cordell Hull tidak memberi izin masuk; bahkan kapal dijaga Coast Guard agar tidak merapat diam-diam. Kanada meski ada desakan akademisi dan tokoh agama, PM Mackenzie King menuruti kepala imigrasi Frederick Blair yang anti-imigran Yahudi.

Advertisement

Dengan begitu, seluruh perjalanan MS St. Louis gagal total, hanya 28 orang yang diizinkan turun di Kuba, sisanya dipaksa kembali ke Jerman untuk menghadapi kematian mereka di kamp-kamp konsentrasi.

Kristallnacht adalah contoh brutalitas Nazi, sesaat sebelum mereka memulai perang yang akan melibatkan AS dan sekutunya yang ditandai dengan serangan Nazi ke Polandia pada 1 September 1939, esoknya komunitas internasional menyaksikan berdirinya kamp konsentrasi baru di Stutthof, yang mulai digunakan 2 September 1939 (awalnya kamp sementara, lalu resmi jadi kamp konsentrasi pada 1941).

Setelah serangan 1 September 1939 ini, Inggris & Prancis menyatakan perang terhadap Jerman, dan teater perang yang akan menghancurkan setengah dunia ini baru saja dimulai.

Setelah aneksasi di Polandia, Nazi segera mendirikan kamp konsentrasi yang dikenal sebagai Auschwitz (kemudian Auschwitz-Birkenau), kamp ini didirikan Mei 1940 di Polandia sebagai kamp konsentrasi untuk tahanan Polandia, lalu diperluas jadi pusat pemusnahan (Auschwitz II–Birkenau) pada Oktober 1941.

Di tengah berkecamuknya perang, Nazi mendirikan kamp konsentrasi di Bergen-Belsen pada tahun 1940, terletak di Jerman Utara, awalnya sebagai kamp tawanan perang; sejak 1943 diubah jadi kamp konsentrasi untuk Yahudi dan tahanan lainnya. Kebrutalan Nazi tidak hanya berhenti disitu, Pada 1942 kamp konsentrasi Sobibor dibangun sebagai bagian dari Operasi Reinhard, khusus untuk kamp pemusnahan kaum Yahudi.

Pendirian kamp-kamp konsentrasi ini, adalah rencana menuju proyek Solusi Akhir, yaitu proyek pemusnahan kaum Yahudi di Jerman dan negara jajahan mereka.

Kehancuran

Timur Tengah

Dampak yang paling utama adalah adalah penderitaan warga di Jerusalem dan Palestine, yang kehilangan rumah dan tanah mereka, meskipun tidak secara langsung, terjadi gesekan dan konflik yang mulai terjadi antara komunitas Arab dan Yahudi di wilayah tersebut. Misalnya Pemberontakan Arab (1936-1939) yang merupakan respon terhadap Yishuv, dan merupakan kekerasan besar pertama antara komunitas Arab dan Yahudi.

Buku Putih 1939 (White Paper of 1939), adalah Kebijakan Inggris yang secara drastis membatasi imigrasi Yahudi sebagai tanggapan atas pemberontakan Arab, yang secara efektif mengakhiri relevansi Haavara.

Yahudi di Eropa

Haavara Agreement bukanlah “juru selamat” untuk komunitas Yahudi di Eropa, perjanjian ini adalah produk kelam dari Zionist demi ambisi mereka untuk mendirikan negara Yahudi yang berdaulat.

Setelah perjanjian berakhir, Nazi mengubah cara mereka menghadapi Yahudi dari pengusiran (emigrasi) ke pemusnahan massal, seperti Holocaust (Shoah dalam bahasa Ibrani), yaitu tragedi kemanusiaan yang membunuh kurang lebih enam juta Yahudi di Jerman dan seluruh jajahannya, termasuk di Riga, Latvia selama 1941–1944 yang dilakukan oleh kolaborator Nazi, Herbert Cukurs (terkenal sebagai Jagal Riga). Ini juga terjadi di Lyon, Prancis. Klaus Barbie yang dikenal sebagai Jagal Lyon, menyiksa orang-orang Yahudi dan kelompok perlawanan.

Shoah sendiri berlangsung antara 1941-1945 (sesaat sebelum Perang Dunia II berakhir di Eropa).

Memuat kontributor…

Dan para kontributor lainnya yang mendukung Neo Newline.

Dukung Kami
seedbacklink logo

seedbacklink

Marketplace backlink terbesar dan terpercaya di Indonesia

Diskusi & Komentar

Panduan Komentar
  • • Gunakan bahasa yang sopan dan konstruktif
  • • Hindari spam, promosi, atau link yang tidak relevan
  • • Komentar akan terus dipantau secara berkala

Tentang Penulis

Anton Toni Agung

Anton Toni Agung

Blogger amatir di Neo Newline, suka sejarah dan nulis kalau gabut